Senin, 27 Agustus 2012

Cornel Simbolon Minta Restu Ibunda Syamsul Arifin

 

Langkat, (Analisa). Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon MSc bersilaturahmi kepada keluarga besar H Syamsul Arifin. Cornel disambut ibunda Syamsul, Hj Padlah, di kediamannya Jalan Stasiun, Pangkalan Brandan, Langkat, Kamis (28/6).
Cornel didampingi istrinya Elisabeth Ratnasari boru Sagala, Ketua Umum Himpunan Keluarga Batak (Hikba) Kabupaten Langkat T Robert Panggabean, Wakil Ketua Parna se-Indonesia Amel Sialagan SH dan Ir Parlin Manihuruk. Sedangkan Hj Padlah didampingi beberapa anaknya.

Menurut Cornel, pertemuan itu dalam rangka menjalin tali silaturahmi kekeluargaan, sekaligus minta doa restu bahwa dirinya berencana ikut bertarung dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) pada 7 Maret 20123.

Cornel mengaku, ingin melanjutkan pengabdiannya setelah pensiun dari dinas kemiliteran selama 35 tahun untuk bangsa dan negara, khususnya masyarakat Sumut.

Dia ingin melanjutkan apa yang sudah dilakukan Syamsul Arifin dan meningkatkannya untuk menjadikan Sumut menjadi terdepan. Ia juga mengagumi sosok Syamsul sebagai tokoh yang apa adanya, menganyomi semua lapisan masyarakat dan terkenal dengan slogan ‘Sahabat Semua Suku".

"Apa yang dilakukan Pak Syamsul sudah baik. Jika nantinya Partai Demokrat mempercayakan saya sebagai calon Gubsu dan memenangi Pilgubsu, maka saya tinggal meningkatkannya," kata mantan Pangdam Diponegoro ini.

Pria kelahiran Pangururan, 14 Juli 1951 yang pernah menjabat sebagai Asops Kasdam I/BB mengatakan, Provinsi Sumut yang kaya sumber daya alam, seperti pertambangan, perkebunan, perikanan dan pariwisata akan lebih maju jika dikelola dengan lebih baik lagi.

"Oleh sebab itu, saya berniat menjadi Gubernur Sumut untuk melakukan perubahan yang lebih baik lagi dan sejahtera. Saya juga meminta doa restu dan dukungan masyarakat Sumut, khususnya Langkat maju dalam Pilgubsu," ujar Ketua DPP Partai Demokrat ini.

Ibunda Syamsul, Hj Padlah, merasa senang atas kunjungan Cornel. Ia mendukung dan mendoakan apa yang menjadi cita-cita Cornel dalam kaitannya pencalonan sebagai Gubsu.

"Saya senang dengan kunjungan ini. Semoga apa yang Bapak Cornel cita-citakan terwujud. Kami keluarga besar Syamsul Arifin juga mendukung dan mendoakan apa yang diinginkan Bapak Cornel," kata wanita yang berusia 76 tahun ini.

Setelah kunjungan ke rumah Ibunda Syamsul Arifin, Cornel pada hari yang sama melakukan pertemuan dengan Himpunan Keluarga Batak Langkat, di Gedung Uni Dharma Wanita PT Pertamina Area Pangkalan Brandan.

Selain kepada Ibunda Syamsul, Cornel sebelumnya juga menemui istri tokoh pers Sumatera Utara GM Panggabean, Ny GM Ramlah Panggabean boru Hutagalung, di kediamannya Jalan Iskandar Muda, Medan.(rel/nai)

Uskup Agung: Cornel Simbolon Sosok Bijaksana

Samosir, (Analisa). Uskup Agung Medan Mgr Anicetus B Sinaga OFM Cap, didampingi mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjend TNI (Purn) Cornel Simbolon MSc melakukan kunjungan Pastoral ke Gereja Katolik Paroki St Mikael, Pangururan, Samosir, Jumat (22/6).
              
Cornel menari dengan Uskup

Menurut Uskup, kunjungan pastoral yang diikuti dua ratusan Sintua Gereja Katolik ini untuk meningkatkan sikap somba marhula-hula, manat mardongan tubu dohot elek marboru dalam tatanan Dalihan Natolu adat Batak pada kehidupan gereja dan keseharian rutinitas umat dengan gereja.

Di pertemuan itu, Uskup juga memperkenalkan mantan Cornel Simbolon kepada 33 stasi pengurus gereja Katolik se-Paroki St Mikael.

"Pak Cornel ini bersama saya datang ke Samosir supaya didoakan oleh warga Samosir untuk mengikuti pesta demokrasi pemilihan Gubernur Sumut (Pilgubsu) 2013. Oleh karena itu, sebagai umat diminta untuk mendukung Cornel Simbolon dari awal jangan dari tengah ataupun di ujung, supaya dapat meraih posisi sebagai pemimpin di Sumatera Utara," imbuh Uskup.

Uskup mengaku saya sudah kenal lama dengan Cornel Simbolon. "Dia adalah sosok yang berani dan bijaksana. Maka figur sosok seperti ini yang dibutuhkan sebagai pemimpin Sumut sekarang," ujarnya.

Cornel Simbolon dalam kesempatan itu memperkenalkan dirinya sembari meminta doa restu seluruh warga Samosir untuk dapat memenangkan Pilgubsu 2013. Sebagai putra asli Samosir, besar dan tumbuh di Pangururan, ia berharap seluruh masyarakat dapat kiranya memberikan doa dan dukungan.

"Saya berkeinginan maju menjadi Cagubsu periode 2013-2018 adalah berlatar dari ketertinggalan Provinsi Sumut dengan propinsi lain, seperti Riau, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan, yang cukup jauh ketinggalan dengan Sumut di masa lalu, imbuh suami dari Elisabeth R boru Sagala ini.

Menurutnya, Sumut yang kaya sumber daya alam, seperti pertambangan, perkebunan, perikanan dan pariwisata menjadi tertinggal dengan daerah lain. "Oleh sebab itu, saya berniat menjadi Gubernur Sumut untuk melakukan perubahan yang lebih baik dan sejahtera," ujar Ketua DPP Partai Demokrat ini.

Acara itu didampingi oleh aktivis pergerakan Sumut, Ir Parlin Manihuruk, Wakil Ketua Marga Parna se-Indonesia Amel Siallagan SH, Emmy br Simbolon, pengusaha muda asal Samosir di Malang, Bungaran Sinaga dan dihadiri tokoh masyarakat dan agama se-Samosir. (rel/nai)

Ingin Melihat Sumut Sejahtera, Cornel Maju Cagubsu


Koalisi Pelangi Sumut, 28/08/12
Lahir di Pangururan, 14 Juli 1951, Cornel Simbolon menghabiskan masa kecilnya di Pangururan, pulau Samosir, puncak kaldera gunung Toba, sebuah pulau di dalam pulau Sumatera. Masa kecilnya akrab dengan suasana kesetiakawanan sosial dengan lanskap danau dan kultur agraris yang damai. Kesejukan dan kedamaian alam yang berada persis di sekeliling aliran air salah satu danau terindah di dunia yakni Danau Toba ini membuatnya tak pernah “terasingkan” dari Sumatera Utara khususnya tanah kelahirannya. Walau pilihan untuk mengabdi kepada negara dalam waktu yang cukup lama membuatnya harus terpisah.
Selepas menamatkan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar dari kampung halaman, lelaki yang dikaruniai dua putra ini melanjutkan studinya ke kota yang masih berada di propinsi yang sama, Pematang Siantar. Ijazah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas diraihnya di sini. Bertahun-tahun hidup di wilayah yang warganya dikenal dengan sebutan “Siantar Man” tersebut membuatnya mengenal detail setiap sudut kota. Apa saja yang sudah berubah atau masih utuh tanpa ada perkembangan sedikitpun, ingatannya boleh diuji.

Sebagai anak seorang petani sederhana, Cornel tidak memiliki banyak pilihan untuk melanjutkan cita-citanya begitu tamat dari SMA di Siantar. Anak sulung dari delapan bersaudara ini memilih mengikuti test AKABRI, karena proses seleksinya tidak memungut biaya pada masa itu.

Lulus test AKABRI, Cornel muda pun menjalani masa masa taruna, dimana disiplin, kerja keras, da nasionalisme ditempa. “Darah saya tersirap dan merinding ketika mengucapkan sumpah prajurit. Bagi saya, sumpah itu dibawa mati. Itulah sebabnya darah bela negara dan rakyat adalah panggilan vokasional yang tetap saya pegang teguh,”Ungkap mantan jenderal berbintang tiga ini mengenang pengangkatan sumpahnya tahun 1973 sebagai prajurit Angkatan Darat.

Magelang, Jawa Tengah, yang merupakan tempat beradanya Lembah Tidar adalah arena pergulatan hidup berikutnya bagi Cornel Simbolon. Disini bekal yang paling menentukan dalam cita-cita hidupnya didapatkan. Persisnya adalah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Angkatan Darat. Sekarang Akademi ini berubah menjadi Akademi Militer Nasional. Orang-orang besar yang perannya cukup menentukan perjalanan bangsa tidak sedikit dilahirkan di sekolah ini. Sebutlah misalnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di kelas yang sama dan pada tahun yang sama keduanya menyelesaikan pendidikannya di AKABRI pada 1973.

Bayangkan sebuah anak panah yang dilesatkan dari busurnya, adakah yang tahu sejauh mana dia bisa terbang dan di titik mana akan berhenti? Sampai semangatnya masih terkandung di badan, tidak akan pernah berhenti. Begitulah sosok pria yang resmi menyandang pangkat Letnan Dua sebegitu tamat dari sekolah militernya pada 1973 ini. Berawal dari pangkat tersebut, perjalanan panjang sebagaimana anak panah dimasukinya. Penugasan demi penugasan diembannya. Dari operasi yang satu ke operasi berikutnya, cukup banyak dilakoninya. Diikuti kenaikan pangkat secara bertahap hingga menuju puncak. Kota demi kota atu wilayah demi wilayah penugasan dimasukinya. Dalam maupun luar negeri. Tercatat 21 negara sepanjang masa pengabdiannya sudah didatanginya. Asia, Eropa, Afrika hingga Amerika.

Dari “hanya” Komandan Peleton hingga orang nomor dua di TNI Angkatan Darat. Selama 36 tahun karir militer dijalaninya hingga memasuki masa pensiun pada 2008. Nyaris tak satupun tangga perjalanan karir kemiliteran yang tak disinggahinya. Cornel semakin sempurna sebagai seorang prajurit, ketika mendapatkan dua medali paling prestisius di Angkatan Darat, yakni Bintang Yudha Dharma dan Kartika Eka Paksi.

Satu ketika di masa keemasan kiprah ketentaraannya,  jabatan Panglima Kodam Diponegoro yang berkedudukan di Semarang diembannya. Puncaknya, Cornel menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat. Teramat langka seorang dari kalangan non-jawa dan juga non-muslim mendapatkan kedudukan prestisius semacam itu. Lebih dari sekedar prestasi, loyalitas dan kematangan yang dimiliki seorang tentara secara umum, itulah yang mengantarkannya ke kedudukan itu.

Jauhkan keraguan akan pemahaman terhadap Sumatera Utara dengan segala kompleksitas persoalannya pada sosok pemegang 13 jenis penghargaan ini. Paling tidak bagian-bagian penting yang jadi landmark atau ikon kota serta tempat-tempat yang pernah disinggahinya secara rinci dapat dijelaskannya di masa lalu dan kini. Sejak tahun 1963 ketika meninggalkan kampung halamannya menyeberang menuju Kota Pematang Siantar dia tahu menjelaskan maju, jalan di tempat atau mundur. 

Ada rasa geram dan hati yang geregetan di diri pria yang pernah meraih penghargaan UN Medals dari Perserikatan Bangsa Bangsa ini menatap Sumatera Utara. Dulu kekagumannya berlipat-lipat. Dengan kekayaan alamnya yang melimpah Sumatera Utara pernah menjadi penyumbang signifikan bagi kemajuan perekonomian nasional. Entah itu dari perkebunan sawit atau komoditi lainnya (seperti karet, kopi), minyak dari Pangkalan Brandan dan Bangkalan Susu, perikanan serta yang lainnya.

Kaum cerdik pandai serta pemberani di awal-awal era kemerdekaan dan orde baru entah berapa banyak yang latar belakangnya adalah kelahiran Sumatera Utara. Mereka adalah pemikir yang berkontribusi penting dan tak sedikit bagi perkembangan bangsa ini. Menyebut beberapa nama adalah Akbar Tanjung, Cosmas Batubara, David Napitupulu dan sebagainya. Bagaimana kondisi Indonesia saat ini nama-nama itu ikut member warna.

Atlit-atlit handal juga tercatat pernah lahir dari daerah ini. Tim sepakbola PSMS yang dikenal dengan sebutan Ayam Kinantan, misalnya. Di era 80-an kesebelasan ini begitu dicintai berkat ketangguhannya menjuarai turnamen nasional yang diikuti seluruh tim dari belahan nusantara. Tak ada lawan yang tak menyegani. Entah sudah berapa kali supremasi tertinggi yang menandai tim dengan kwalifikasi terhebat direbut PSMS. Disertai cabang-cabang lainnya semacam renang atau polo air, kian menguatlah keharuman akan nama Sumatera Utara dari dunia olahraga.

Apakah catatan-catatan baik itu saat ini masih dimiliki rakyat Sumatera Utara? Suami Elisabeth Ratnasari Sagala ini tak berani menjawab “YA”. Siapapun tahu bagaimana kondisi provinsi dengan penduduk berjumlah kurang lebih 13 juta ini. Yang pasti dia mengerti sedikit sekali perkembangan positif yang terjadi. Secara fisik misalnya di banyak titik tak ada perubahan sama sekali dari yang pernah dilihatnya di masa lampau. Sedikit menjelaskan; beberapa dekade lalu untuk perjalanan dengan menggunakan bus dari Medan menuju Tebing Tinggi atau sebaliknya yang berjarak kurang dari 90 km hanya menghabiskan waktu tak lebih dari dua jam. Sekarang ini, tak bisa diprediksi!

Itu baru satu bukti. Kondisi infrastruktur Sumut menurutnya tidak sepatutnya seburuk yang tampak saat ini. Betapa memprihatinkannya bila membuang-buang waktu berjam-jam ke satu tujuan akibat jalan yang keadaannya begitu buruk padahal provinsi ini sangat kaya. Pengusaha kaya DL Sitorus yang adalah salah satu pemilik kebun luas yang tersebar di beberapa kabupaten disebutkannya setiap harinya meraup pendapatan Rp 10 miliar. Dalam setahun setara dengan Rp 3 triliun lebih. Tentu saja PTPN III atau perkebunan-perkebunan lainnya dengan luas berkali lipat menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar lagi. Miris sekali kalau keadaan Sumut justru tak membaik.
Keprihatinan dan kegelisahan semacam ini yang kini menggelayut di jiwa sang jenderal . Jelas bukan semata-mata oleh alasan jabatan atau keuntungan pribadi lainnya kalau dia kini berhasrat ikut bertarung memperebutkan jabatan menjadi Gubernur atau orang nomor satu di Sumatera Utara.(end)

Pilgubsu 2013 Sesuai Jadwal

MEDAN – Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013 dipastikan berjalan sesuai jadwal. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara (Sumut) telah mengeluarkan Keputusan KPU Sumut No 1/2012 tentang Tahapan Jadwal dan Program Pilkada Sumut 2013 yang menetapkan pemungutan suara pada tanggal 7 Maret 2013.

Ketua KPU Sumut, Irham Buana Nasution mengatakan, dengan adanya penetapan tersebut, maka secara resmi tahapan Pilgubsu 2013 telah berjalan sejak 8 Juli lalu. Irham menyebutkan, penetapan tanggal tersebut juga berdasarkan hasil kunjungan kerja bersama Panwas Pilkada Sumut dan pemerintah daerah ke Pemprov Jawa Barat serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang dilakukan beberapa hari lalu.

"Artinya tidak ada pengunduran jadwal seerti yang direncanakan di awal," katanya di Medan, hari ini.

Irham menambahkan, dari konsultasi dengan Kemendagri, anggaran Pilkada seharusnya hanya direalisasikan dalam dua tahap penganggaran. Maksudnya adalah khusus untuk kebutuhan anggaran penyelenggaraan Pilgubsu 2013 tahap pertama harus ditampung dalam APBD 2012 murni dan APBD Perubahan 2012. Sedangkan untuk kebutuhan anggaran Pilgubsu tahap dua jika masuk putaran kedua, maka ditampung dalam ABPD 2013.

Atas dasar tersebut, maka, selain Rp 60 miliar anggaran yang telah ditampung di APBD 2012 murni, sisa kebutuhan anggaran pelaksanaan tahap pertama harus ditampung keseluruhannya dalam APBD-P 2012. Berapa pun jumlah kebutuhannya. Sehingga, meskipun jumlahnya cukup besar, mau tidak mau harus dianggarkan di APBD-P 2012. "Itu wajib dicantumkan,” ungkap Irham.

Sebab, lanjut Irham, kebutuhan anggaran Pilgubsu 2013 tahap pertama semua dilakukan di periode 2012. Hal itu sesuai dengan rekomendasi hasil rapat yang dipimpin langsung Direktorat Jenderal (Dirjen) Keuangan dan Anggaran Daerah, Kemendagri, Hamdani. Dalam rapat juga diungkapkan, jika anggaran yang tersedia tidak cukup, harus ada kebijakan khusus yang diambil oleh pemerintah daerah.

"Untuk itu, sebelum nota kesepahaman (MoU) ditandatangani antara Pemprov Sumut dengan KPU Sumut, harus ada jumlah pasti dari total keseluruhan anggaran yang dibutuhkan. Karena selama ini angka tersebut belum diketahui secara persis," bebernya.

Lebih lanjut Irham mengatakan, Senin (13/8), KPU bersama tim anggaran daerah, Panwas dan lembaga terkait lainnya akan membahas hal itu. "Jika semua telah disepakati dan jumlah kebutuhannya diketahui, baru MoU bisa dilaksanakan. Setidaknya setelah lebaran yang Rp60 miliar sudah bisa dilakukan,” pungkasnya.

sumber http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=256840:pilgubsu-2013-sesuai-jadwal&catid=41:pilkada-sumut&Itemid=64